NamaTarekat Syattariyah sering dihubungkan dengan seorang ulama yang mempopulerkan tarekat ini di India, yakni Syâh Abd Allâh al-Syattârî (w. 890 H/1485 M). Dalam Tarekat Khalwatiyah dikenal adanya sebuah amalan yang disebut Al-Asma’ As-Sab’ah (tujuh nama). Thariqah Mu’tabarah Al-Akmaliyah. Thariqah Al-Mu’tabarah Al . ORCID HARLIANTARA. https://orcid.org/ . Mengenai Saya PengertianTAREKAT. Tarekat sebagai kelajutan sekaligus cabang atau aliran tasawuf yang tumbuh berdasarkan kondisi sosial politik dan dinamika masyarakat. Pertumbuhannya lebih dimotori oleh gerakan individual ketimbang gerakan masa. Karenanya tasawuf sebagai ajaran, amalan, lembaga, dan komunitas sangat tergantung pada individu. VideoTips Vetsin Untuk Pupuk. Browse By Category Akmaliyah Nas'atul (2017) Dampak spiritual Emha (2010) Tarekat Qadiriyyah wa al Naqshabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya di Surabaya: amalan dan tradisi-tradisinya. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kurniawan, Muh. Ilham R. (2022) Pemahaman hadis zikir dalam pandangan Tarekat Al-Qadiriyah wa Al-Naqshabandiyah: studi SEKILASTENTANG ZIKIR TAREKAT SUFI. Satu himpunan amalan lahir dan batin yang tertentu dan lengkap,tidak hanya sekedar wirid saja. • Jika zaman sudah berganti, lebih baik mengamalkan zikir yang baru yang dikhususkan untuk zaman baru tersebut. • Zikir tarekat sufi harus jelas sanadnya (urutan orang-orang yang mengijazahkan dari Rasulullah Dalammata rantai atau sanad tarekat Akmaliyah, terdapat sanad yang berujung di Syiekh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga, baru kemudian bersambung ke ke Sultan Pajang sampai Sultan Agung. Syeikh Siti Jenar mengajarkan Martabat Tiga, tapi karena dinilai sangat ekstrim, maka oleh Sunan Kalijaga ditata-ulang menjadi Martabat Tujuh. TarekatFadliansyah. Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya. [Ali ‘Imran: 19] 1 Anjuran untuk ingat (berzikir) kepada Allah Taala * Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Naskahini masih bertulis tangan, terdiri dari 32 bagian ditambah beberapa lampiran, isinya antara lain pegantar tentang tarekat, zikir, lathifah ruh, lathifah sir, lathifah khafi, lathifah akhfa, lathifah nafs, lathifah qalb, ma’rifat, kasyf, nafy-istbat, hakekat dan lainnya, khususnya yang berkaitan dengan doktrin dan ritual dalam tarekat EhhBLdZ. Zikir dan do’a dilakukan setiap hari. Zikir dan doa tersebut meliputi lâ ilâ ha illallâh 25000 xya Allâh 25000 xmembaca saalawat xsetelah ashar membaca hizib bahr imam al-Syadzili kemudian membaca 7 surat,membaca do’a birrul walidainmandi, memakai wewangian, dan melakasanakan shalat maghribmandi setiap shalat fardhu Tata Cara Baiat atau Tahkim Pengokohan dan Talqin Pemberian Pakaian Sufi 1. Mursyid memerintahkan sâlik untuk membersihkan diri dari hadats dan najis untuk melakukan persiapan menerima talqin dan menghadap tawajjuh menghadap kepada Allâh Swt.;2. Mursyid menanyakan kepada sâlik tentang penerimaan talqin dan tawajjuh dengan menggunakan washilah Rasûlullâh Saw.;3. Mursyid meletakkan tangan kanannya ke tangan kanan sâlik dan meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan sâlik, mursyid memegang ibu jari sâlik dengan jari-jari tangan mursyid; 4. Mursyid memerintahkan sâlik bertaubat dan membaca istighfâr, mursyid menuntun sâlik membacaأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ آمَنْتُ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللهِ تَعَالَى وَعَذَابِ الْقَبْرِ نَعِيْمِهِ وَسُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ وَالْبَعْثِ وَالْمِيْزَانِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبَّا وَبِالْاِسْلَامِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَىْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا وَرَضِيْتُ بِكَ شَيْخًا وَوَاسِطَةِ اِلَى اللهِ تَعَالَى5. Kemudian mursyid berkata kami bermadzhab fiqih Syafi’iyah, bermadzhab aqidah Abi Hasan al-Asy’ari, Tarekat kita adalah Tarekat Alawiyah, Aqdu al-Yawaqit al-Jauhariyyah wa Samth al-Ain al-Dzahabi bi Dzikri al-Thariq al-Sadad al-Alawiyah, juz 2, halaman 147. Tata Cara Pemberian Khirqah Pakaian Sufi Jika mursyid menghendaki pemberian khirqah pakaian sufi kepada sâlik maka mursyid memerintahkan sâlik untuk Bersuci dan bertawadhu’;Membaca surat al-Fatihah;Mursyid memakaikan pakaian sufi dengan tujuan pemakaian tersebut sebagai pengganti penyematan dari Allâh Swt. dan Rasul-Nya;Kemudian mursyid menyebutkan penisbatan khirqah Mursyid berkata aku menyematkan pakaian ini kepadamu seperti aku menerimanya dari mursyidku al-Syaikh sampai pada akhir mursyid menginginkan menalqin zikir maka mursyid memerintahkan sâlik untuk duduk di depannya kemudian memerintahkannya memejamkan kedua mata dan menuntunnya membaca lâ ilâ ha illallâh surat al-Ikhlâs dan mu’awwidatain, dan membaca tahlil sampai diberi petunjuk berhenti oleh Allâh Swt. Semua bacaan itu pahalanya dihadiahkan kepada Nabi Muhammad Saw., para nabi, rasul, shalihin, dan seluruh orang muslim, Aqdu al-Yawaqit al-Jauhariyyah wa Samth al-Ain al-Dzahabi bi Dzikri al-Thariq al-Sadad al-Alawiyah, juz 2, halaman 147-148. Sumber Setidaknya ada ratusan tarekat yang telah berkembang di Dunia. Tentu untuk menjelaskan kesemua tarekat tersebut tidak cukup hanya dalam satu postingan ini. Untuk itu, dalam pembahasan ini hanya mengangkat beberapa tarekat saja yang paling tidak bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada kita tentang Tarekat tersebut termasuk ajaran-ajarannya. Tarekat QadiriyahQadiriiyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya yaitu Abdul al-Qadir Jailani yang terkenal dengan sebutan Syeikh Abd al-Qadir Jila al-Gawast al-Auliya. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah spritualitas Islam, karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia. Kedati struktur organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah SyaziiliyahPendirinya yaitu Abu al-Hasan al-Syadzili. Nama legkapnya adalah Ali ibn Abdullah bin Abd Jabbar Abu al Hasan al-syadziili. Beliau dilahirkan di desa Ghumarra. Terekat ini berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir, Sudan, suriah dan semenanjung Arabiyah, masuk Indonesia khususnya di Wilayah Jawa tengah dan Jawa pemikiran pemikiran terkat al-Syaziliyah antara lain Pertama, Tidak menganjurkan kepada muridnya untuk meninggalkan profesi dunia. Pandangannya mengenai pakaian, makanan dan kendaraan, akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. Meninggalkannya yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur, dan berlebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa kepada Tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi Miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak tergantung pada harta yang dimilikinya. Seorang boleh saja mencari harta, namun jangan menjadi hamba Berusaha merespon apa yang sedang mengancam kehidupan umat , berusaha menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami oleh banyak orang yang hanya sibuk dengan urusan ajaran tarekat Syaziliyah mudah dalam perkara ilmu dan akal. Ajaran serta latihan–latihan penyucian dirinya tidak rumit dan tidak berbelit-belit. Yang dituntut dari para pengikutnya adalah meninggalkan maksiat, harus memelihara segala yang diwajibkan oleh Allah SWT dan mengerjakan ibadah-ibadah yang disunnahkan sebatas kemampuan tanpa paksaan. Bila telah mencapai tingkat yang lebih tinggi, maka wajib melakukan zikrullah sekurang-kurangnya seribu kali dalam sehari semalam dan juga harus beristigfar sebanyak seratus kali dan membaca shalawat terhadap nabi Muhammad SAW sekurang kurangnya seratus kali sehari NaqsyabandiyahPendiri tarekat ini adalah Muhammad bin Muhammad Bah al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi. Lahir di Qashrul Arifah. Ia mendapat gelar Syah yang menunjukkan posisinya yang penting sebagai pemimpin spiritual. Ia belajar Ilmu Tarekat pada Amir Sayyid Kulal al-Bukhari. Dari sinilah ia pertama belajar tarekat. Pada dasarnya tarekat ini bersumber dari Abu Ya’qub Yusuf al-Hamdani, seorang sufi yang hidup sezaman dengan Abdul Qadir Jailani. Pusat perkembangan Tarekat Tarekat Naqsyabandiyah adalah di Asia Tengah, ke Turki, India, Mekkah termasuk ke Indonesia, melalui Jemaah Haji yang pulang ke Indonesia. Dalam perkembangannya mengalami pasang ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain Gerakan Pembaharuan dan politik. Penaklukan Makkah oleh Abd al-Aziz bin Saud berakibat besar terhambatnya perkembangan tarekat Naqsabandiyah. Karena sejak saat itu kepemimpinan di Makkah diperintah oleh kaum Wahaby yang mempunyai pandangan buruk terhadap itu tertutuplah kemungkinan untuk mengajarkan tarekat ini di Makkah bagi Jamaah haji khususnya dari Indonesia yang setiap dari generasi banyak dari mereka masuk tarekat. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai beberapa tata cara peribadatan, teknik spiritual dan ritual tersendiri, antara lain adalah Pertama, Husy dar dam , Suatu latihan konsentrasi dimana seorang harus menjaga diri dari kehkilafan dan kealpaan ketika keluar masuk nafas, supaya hati selalu merasakan kehadiran Allah SWT .Kedua, Nazhar bar Qadam, “Menjaga langkah”. Seorang murid yang sedang menjalani khalwat suluk, bila berjalan harus menundukkan kepala , melihat kearah kaki. Dan apabila duduk, tidak memandang ke kiri atau ke kanan. Ketiga, Safar dar wathan.” Melakukan perjalan di tanah kelahirannya”. Maknanya melakukan perjalanan bathin dengan meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai mahluk yang mulia. Keempat, Khalwat dari anjuman, ” Sepi di tengah keramaian”. Kelima, Yad krad, ” Ingat atau menyebut”. Berzikir terus menerus mengingat Allah, baik zikir Ism al-Dzatmenyebut nama Allahmaupun zikir naïf Itsbat Menyebut La Ilaha Illa AllahTarekat KhalwatiyahNama tersebut diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang Makassar yaitu Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj al-Khalwaty al-Makassary. Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama kita. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman. Tarekat Khalwatiyah ini hanya menyebar dikalangan orang Makassar dan sedikit orang bugis. Para khalifah yang diangkat terdiri dari orang Makassar sehingga secara etnis tarekat ini dikaitkan dengan suku tersebut. Beliau yang pertama kali menyebarkan tarekat ini ke Indonesia. Guru beliau Syaikh Abu al- Baraqah Ayyub al-Kahlwati al-Quraisy bergelar ” Taj al- Khalwaty” sehingga namanya menjadi Syaikh Yusuf Taj al-Khalwaty. Al-Makassary dibaiat menjadi penganut Tarekat Khalwatiyah di Damaskus Ada indikasi bahwa tarekat yang dijarkan merupakan penggabungan dari beberapa tarekat yang pernah ia pelajari, walaupun Tarekat Khalwatiyah tetap yang paling dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah Pertama, Yaqza maksudnya kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha Agung. Kedua, Taubah Mohon ampun atas segala dosa. Ketiga, Muhasabah, menghitung-hitung atao introspeksi diri. Keempat, Inabah, berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur Merenung tentang kebesaran Allah. Keenam, I’tisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di bumi. Ketujuh, Firar Lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima’ mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama SyattariyahPendirinya tarekat Syaikh Abd Allah al-Syathary. Jika ditelusuri lebih awal lagi tarekat ini sesunggguhnya memiliki akar keterkaitan dengan tradisi Transoxiana, karena silsilahnya terhubungkan kepada Abu Yazid al-Isyqi, yang terhubungkan lagi kepada Abu yazid al- Bustami dan Imam Ja’far Shadiq. Tidak mengherankan kemudian jika tarekat ini dikenal dengan nama Tarekat Isyqiyyah di Iran, atau Tarekat Bistamiyah di Turki Utsmani. Sekitar abad ke lima cukup popular di Wilayah Asia Tengah, sebelum akhirnya memudar dan pengaruhnya digantikan oleh Tarekat Syattariyah menonjolkan aspek dzikir dalam ajarannya. Para pengikut tarekat ini mencapai tujuan-tujuan mistik melalui kehidupan asketisme atau zuhud. Untuk menjalaninya seseorang terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat akhyar orang yang terpilih dan Abrar orang yang terbaik.Ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat Syattariyah ini, Sebagaimana yang di kutip dalam Ensiklopedi Islam yaitu Tobat, Zuhud, Tawakkal, Qanaah, Uzlah, Muraqabah, Sabar, Ridha, Dzikir dan Musyaahadah menyaksikan Keindahan, kebesaran dan kemuliaan AllahSWT Dzikir dalam Tarekat Syattariyah terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu Kesatu, Menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya, Kedua, menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan Keindahan-Nya, Ketiga, menyebut nama-nama Allah SWT yang merupakan gabungan dari kedua sifat SammaniyahDidirikan oleh Muhammad bin Abdul Karim al-Madani al-Syafi’i al-samman, lahir di Madinah dari keluarga Quraisy. Di kalangan muridnya ia lebih di kenal dengan nama al-Sammany atau Muhammad Samman. Beliau banyak menghabiskan hidupnya di Madinah dan tinggal di rumah bersejarah milik Abu Bakar – guru beliau Muhammad Hayyat seorang muhaddits di Haramain sebagai penganut tarekat Naqsyabandiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang penentang bid’ah dan praktik-praktik syirik serta pendiri Wahabiyah. Muhammad Sulaiman Al-Qurdi, Abu Thahir Al-Qur ani, Abdul Allah Al-Basri, dan Mustafa bin Kamal Al-Din Al-Bakri. Mustafa bin kamal Al-Din al-Bakri Mustafa Al-Bakri adalah guru bidang tasauf dan tauhid dan merupakan Syaikh Tarekat Khalwatiyah yang menetap di Madinah. Samman membuka cabang tarekat belajar tarekat Khalwatiyah, Naqshabandiyah, Qadiriyah, Syadziliyah. Dengan masuk menjadi murid tarekat Qadiriyah ia dikenal dengan nama Muhammad Bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Samman dalam perjalanan belajarnya itu ternyata tarekat Naqsabandiyah juga banyak mempengaruhinya, sementara itu tarekat Syadziliyah juga dipelajari oleh Samman sebagai Tarekat yang mewakili tradisi tasauf Maghribi. Dari beberapa ajaran tarekat yang dipelajarinya, Samman akhirnya meracik tarekat tersebut, termasuk memadukan tekhnik-tekhnik zikir, bacaan bacaan, dan ajaran mistis lainnya, sehingga menjadi satu nama tarekat yaitu tarekat SammaniyahTarekat Sammaniyah ini juga berkembang di Nusantara, menurut keterangan dari Snouck Haugronje selama tinggal di Aceh, ia menyaksikan tarekat ini telah dipakai oleh masyarakat setempat. selain itu Tarekat ini juga banyak berkembang di daerah lain terutama di Sulawesi selatan. Dan menurut keterangan Sri Muliyati bahwa dapat dipastikan bahwa di daerah Sulawesi Selatanlah Tarekat Sammaniyah yang terbanyak pengikutnya hingga pokok yang terdapat tarekat ini adalah Tawassul, Memohon berkah kepada pihak-pihak tertentu yang dijaadikan wasilahperantara agar maksud bisa tercapai. Obyek tawasul tarekat ini adalah Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, asma-asma Allah, para Auliya, para ulama Fiqih, para ahli Tarekat, para ahli Makrifat, kedua orang tuaWahdat al-Wujud, merupakan tujuan akhir yang mau di capai oleh para sufi dalam wujud merupakan tahapan dimana ia menyatu dengan hakikat alam yaitu Hakikat Muhammad atau nur MuhammadNur Muhammad . Nur Muhammad merupakan salah satu rahasia Allah yang kemudian diberinya maqam. Nur Muhammad adalah pangkal terbentuknya alam semesta dan dari wujudnya terbentuk segala makhlukInsan Kamil, dari segi syariat Wujud Insan kamil adalah Muhammad dan sedang dari segi hakekat adalah Nur Muhammad atau hakekat Muhammad, Orang Islam yang berminat menuju Tuhan sampai bertemu sampai bertemu denganya harus melewati koridor ini yaitu mengikuti jejak langkah TijaniyahDidirkan oleh syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani, lahir di Ain Madi, Aljazair Selatan, dan meninggal di Fez, Maroko. Syaikh Ahmad Tijani diyakini sebagai wali agung yang memiliki derajat tertinggi, dan memiliki banyak keramat, menurut pengakuannya, Ahmad Tijani memiliki Nasab sampai kepada Nabi Muhammad . Silsilah dan garis nasabnya adalah Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Salim bin al-Idl bin salim bin Ahmad bin Ishaq bin Zain al Abidin bin Ahmad bin Abi Thalib, dari garis sitti Fatimah al-Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW. Ahmad Tijani lahir dan di besarkan dalam lingkungan tradisi keluarga yang taat beragama. Beliau memperdalam ilmu kepada para wali besar di berbagai Negara seperti Tunis, Mesir, Makkah, Medinah, Maroko. Kunjungan itu untuk mecari ilmu-ilmu kewalian secara lebih luas, sehingga ia berhasil mencapai derajat kewalian yang sangat tinggi. Selanjutnya tarekat ini berkembang di Negara Afrika seperti Sinegal, Mauritania, Guinea, Nigeria, dan Gambia, bahkan sampai ke luar Afrika termasuk Saudi Arabia dan Tijaniah masuk ke Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi ada fenomena yang menunjukkan gerakan awal Tarekat Tijaniyah yaitu Kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib dan adanya pengajaran Tarekat Tijaniyah di Pesantren Buntet Cirebon. Kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib tidak diketahui secara pasti tahunnya. Menurut penjelasan GF. Pijper dalam buku Fragmenta Islamica Beberapa tentang Studi tentang Islam di Indonesia abad 20 sebagaimana yang di kutip oleh Sri Muliyati bahwa Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib datang pertama kali ke Indonesia, saat menyebarkan Tarekat Tijaniyah ini di kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib ke pulau Jawa, maka Tarekat Tijaniyah ini diperkirakan datang ke Indonesia pada awal abad ke 20 M. namun menurut Pijper, sebelum tahun 1928 Tarekat Tijaniyah belum mempunyai pengikut di pulau jawa. Pijper menjelaskan bawha Cirebon merupakan tempat pertama diketahui adanya gerakan tarekat Tijaniyah. Pada bulan Maret 1928 pemerintah Kolonial mendapat laporan bahwa ada gerakan keagamaan yang dibawa oleh guru agama Kiyai yag membawa ajaran Tarekat baru yaitu Cirebon ini kemudian menyebar secara luas ke daerah-daerah di pulau Jawa melalui murid-murid pesantren Buntet ini. Perkembanga tarekat ini pada akhirnya bukan hanya dari pesantren Buntet di Cirebon tetapi juga dari luar Cirebon. Seperti Tasikmalaya, Brebes dan Ciamis. Selanjutnya Mengenai ajaran ajaran Tarekat ini, pada dasarnya hampir sama dengan tarekat-tarekat yang telah berkembang sebelumnya pendekatan kepada Allah melalui Dzikir. Ajaran Tarekat ini cukup sederhana , yaitu perlu adanya perantara wasilah antar manusia dan Tuhan .Perantara itu adalah dirinya sendiri dan para pengganti/wakil/naibnya. Pengikut-pengikutnya dilarang keras mengikuti guru-guru lain yang manapun , bahkan ia dilarang pula untuk memohon kepada wali dimanapun selain diriya. Secara umum amalan zikir wirid dalam Tarekat Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok yaitu, Istigfar, Shalawat, dan Hailalah. Inti ajaran zikir dalam Tarekat Tijaniyah adalah sebagai upaya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat lupa terhadap Allah dan mengisinya secara terus menerus dengan menghadirkan jiwa kepada Allah SWT melalui zikir terhadap zat, sifat-sifat, hukum-hukum dan perbuatan tersebut mencakup dua bentuk, yaitu zikir bil al-Lisan dan zikir bi al-Qalb. Adapun bentuk amalan wirid Tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis yaitu, Wirid Wajibah dan wirid Ikhtiyaariyah, Wirid Wajibah yakni wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid Tijaniyah, tidak boleh tidak dan menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid Tijaniyah. Wirid Ikhtiyariyah yakni Wirid yang tidak mempunyai ketentuan kewajiban untuk mengamalkannya, dan tidak menjadi ukuran syarat sah atau tidaknya menjadi murid Tijaniyah. Wirid Wajibah ini terbagi lagi menjadi tiga yaitu 1Wirid Lazimah, 2Wirid Wadzifah, 3Wirid Qadiriyah wa NaqsabandiyahTarekat ini adalah merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah TQN. Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur pilihan dari Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi sesuatu yang baru. Tarekat ini didirikan oleh OrangIndonesia Asli yaitu Ahmad Khatib Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad kesembilan dilihat dari perkembangannya Tarekat ini bisa juga disebut “Tarekat Sambasiyah” Tapi Nampaknya Syaikh al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan namanya sendiri. berbeda dengan guru-gurunya yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai dengan nama pengembangnya. Sebagaimana kebiasaan ulama-ulama sebelumnya untuk memperdalam ilmu agama, kiranya mereka berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu yang mereka pula halnya dengan Ahmad Khatib, ia berangkat ke Makkah untuk belajar Ilmu-ilmu Islam termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat di hargai diantara teman-temannya dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di seluruh Indonesia. Diantara gurunya adalah Syaikh Daud bin Abd Allah bin Idris al Fatani, Syaikh Muhammad Shalih Rays, selain itu ia juga banyak mengikuti dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan oleh Syaikh Bishry al-Jabaty, Sayyid ahmad al-Marzuki, Sayyid abd Allah ibn Muhammad al- di singgung sebelumnya bahwa tarekat ini mengambil dua nama tarekat yang telah berkembang sebelumnya yaitu Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Tarekat Qadariyah sendiri dibangun oleh Abd Qadir Jilai yang mengacu pada tradisi Mazhab Iraqy yang dikembangkan oleh al-Junaid, sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah dibangun oleh Muhammad bin Muhammad Bah al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi yang didasarkan kepada tradisi al-Khurasany yang dipelopori oleh al-Bisthami. Di samping itu keduanya juga mempunyai cara-cara yang berbeda terutama dalam menerapkan cara dan teknik lebih mengutamakan pada penggunaan cara-cara zikir keras dan jelas dzikr Jahr , dalam menyebutkan Nafy dan Itsbath, yakni Kalimat La Ilaaha Illa Allah. Sementara Naqsyabandiyah lebih suka memilih dzikir dengan cara yang lembut dan samar Dzikr Khafy, pada pelafalan Ism al-Dzat,Yakni Allah-Allah-Allah. Tarekat ini mengajarkan tiga syarat yang harus dipenuhi orang yang sedang berjalan menuju Allah, yaitu zikir diam dalam mengingat , merasa selalu diawasi oleh Allah di dalam hatinya dan pengabdian kepada dzikir yang telah diformulasikan oleh Syaikh Ahmad Khatib pada Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah dalam bentuk Nafyi wa Itsbat atau dengan Ism al-Dza, merupaka satu bentuk bimbingan praktis yang didorong dan didasari ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga Thariqah, jalan spritualnya diformulasikan sedemikian rupa sehingga berzikir mengingat Allah menjadi lebih efektif, mudah dirasakan dan diresapkan dalam hati orang yang melakukannya, baik dalam bentuk dzikir Jahr maupun dalam bentuk Sirr. Secara rinci Syaikh Ahmad Khatib merumuskan cara-cara meresapi zikir kepada Allah agar sampai pada tingkat hakikat atau kesempurnaan, yaituPertama, Salik hendaklah berkonsentrasi dan membersihkan hatinya dari segala cela sehingga dalam hati dan fikirannya tidak ada sesuatu pun selain Zat Allah, Kemudian meminta limpahan karunia dan kasih sayangnya serta pengenalan yang sempurna melalui perantaraan Mursyid Syaikh.Kadua ketika mengucapkan lafal-lafal dzikir terutama Nafyi wa Itsbat La Ilaaha Illa Allah, hendaknya salik menarik gerakan melalui suatu trayek dibadannya, dari pusat perut sampai ke otak kepalanya. Kemudian ditarik kearah bahu kanan dan dari sana dipukulkan dengan keras ke kepala juga ikut bergerak sesuai dengan trayek zikir. Dari bawah ke atas ditarik kata "La" dengan ukuran tujuh mad, kemudian kata ilaha ditarik ke bahu kanan dengan ukuran yang sama dan akhirnya kata "illallah" dipukulkan ke jantung dengan ukuran yang lebih lama sekitar tiga mad. Dan yang ketiga dengan memusatkan zikir pada titik-titik halus Lathaif dalam anggota halus semacam Lathifah al-Qalb terletak di bawah susu kiri berukuran dua jari. Lathifah ar-Ruh terletak di bawah susu kanan berukuran dua jari. Lathifah as-Sirr terletak bertepatan dengan susu kiri berukuran dua jari. Lathifah al-Khafy letaknya bertepatan dengan susu kanan berukuran dua jari. Lathifah al-akhfa letaknya di tengah dada dan Lathifah an-Nafs letaknya dalam dahi dan seluruh kepala. Seadangkan unsur unsur yang empat Anashir al-Arbaah adalah seluruh anggota badan harus merasakan zikir dan merasakan hakikatnya. Maka di sinilah seluruh anggota badan dituntut untuk menyempurnakan dan melengkapi dalam membantu gerak zikir Lathaif tadi. - Inilah Amalan - amalan yang Bisa dilakukan umat muslim di Hari Tasyrik, Salah satunya perbanyak dzikir Puasa sunah yang dianjurkan adalah Puasa Arafah dan Tarwiyah. Puasa Tarwiyah merupakan puasa yang dilaksanakan pada 8 Dzulhijah atau tahun ini jatuh pada 29 Juli 2020. Sementara puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijah atau 30 Juli 2020. Namun ada pula hari dilarang berpuasa atau haram berpuasa yakni Hari Tasyrik. Hari Tasyrik adalah hari yang istimewa di mana umat muslim dilarang untuk berpuasa namun dianjurkan memperbanyak amalan seperti baca doa dan dzikir. Hari Tasyrik sendiri jatuh pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah setelah Idul Adha atau di tahun ini jatuh pada 11 1 Agustus 2020 hingga 3 Agustus 2020. Di Hari Tasyrik ada keistimewaan di dalamnya. Karena dijadikan Allah sebagai hari yang istimewa, maka Hari Tasyrik menjadi waktu yang istimewa untuk banyak berzikir dan berdoa. • Anita Kolopaking Buka Suara Setelah Diperiksa Kejaksaan Agung, Ini Pengakuan Pengacara Djoko Tjandra • Anies Baswedan Bocorkan Titik Paling Rawan Virus Corona di Jakarta, Bukan Pasar dan Tempat Hiburan • Terkuak Rekaman Detik-detik Polisi Pangkat Kombes Diduga Aniaya Keluarga Demi Wanita Lain dan Profil Mengacu hadits dari Abdullah bin Qath ra, Nambi Muhammad SAW bersabda "Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari qurban Idul Adha kemudian hari al-qarr," HR. Abu Daud 1765, Ibnu Khuzaimah 2866. Yang dimaksud dengan hari 'al-qarr' adalah tanggal 11 Dzulhijjah, yang merupakan hari kedua setelah idul kurban. Keistimewaan lain hari tasyrik adalah adanya larangan berpuasa bagi seluruh umat Islam. Larangan ini muncul karena hari ini merupakan hari makan dan minum. Dalam hadits disebutkan, أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ